24 Februari 2016 ,saya berkesempatan mengikuti Kegiatan yang di selenggarakan oleh Disbudpar Kalimantan Timur dalamTajuk Rakornis kepariwisataan Sekalimantan Timur yang di adakan di kabupaten Berau. Perjalanan di mulai dari kota Tenggarong ( sebuah kota yang penuh pelajaran bagiku ).
menuju Kota samarinda dan strat jam 02.00 wita dari Kantor Disbudpar kaltim. Sepanjang perjalanan menuju Bontang -Sanggatta hal yang biasa saya lakukan.Namun ketika sampai kecamatan Bengalon -Kutim jam 06,30 wita dan seiring sang mentari menyinari bumi .mata saya di hadapkan keseragaman pohon sawit sepanjang perjalanan ,Hutan - hutanpun gundul ,gersang,di tambah bau batu bara yang menusuk hidung ,dari kejauhan nampak lubang -lubang menganga oleh tambang perusahaan ,mesin - mesin terus bergerak di kendalikan oleh kepentingan untuk terus mengeskploitasi bumi Kutim, nampak juga dari Kejauahan perbukitan Karst yang menjulang ke angkasa yang sempat tersebar kabar akan masuk kawasan RTRW kaltim untuk di tambang,terjadi perbincangan di mobil bahwa propinsi sekarang sudah mulai kehabisan lahan ,sehingga Karst akan di babat juga tanpa harus memikirkn dampak kehidupan di sekitarnya ( obrolan kami yang sok aktivis ) , tidak cukupkah Sawit membawa dampak yang luar biasa terhadap bumi pasca panen,tidakkah para pemangku jabatan memikirkan dampak kekeringan yang di munculkan sawit,belum lagi pencemaran bahan kimianya. dalam berbagai penglihatanku toh nyatanya warga area tambang,juga belum bisa hidup mapan ,tak semapan traktor ,gergaji yang memangkas kehidupan masa depan.
wiiih gak karasa sudah panjang saya nulis.
singkatnya gini gan - tinggalkan dulu wilayah Kutim dengan Seragamnya yang bernama sawit. saatnya kita masuk ke wilayah kabupaten Berau .siang itu kendaraan berhenti sejenak di jembatan sungai Kelay , ada rasa syukur yang tak terhingga ketika melihat rimba di kawasan tersebut masih berkharisma ,pohon besar dan tinggi dengan keanekaragamanya yang tunduk dan tawadu' kepada sang penciptanya.Aliran sungai Kelay adalah sumber kehidupan bagi suku -suku dayak yang bermukim di pinggirannya .Tak lama saya bisa mengagumi rimba berau karena harus melanjutkan perjalanan kembali ,Sungguh hal sangat berbeda pemandangan yang saya sakiskan denngan membandingkan Kutim dan Berau .sepanjang jalan Rimba masih terjaga keasrianya,maka Muncul sebuah pertanyaan tentang sebuah kebijakan para pemimpinya ..? tentang sebuah strategi pembangunan
,
setelah 3 jam mobil melaju di antara bersihnya oksigen,sayapun di perkenalkan sebuah pemukiman yang bernama "Merasa " yang bermukim suku dayak kenyah dengan tetap mengandalkan tradisi /dengan cara bercocok tanam di tengah hutan -tanaman unggulanya adalah Padi Gunung yang merupakan padi khas kaltim. saya bersama rombongan sempat singgah di sebuah pondok yang masih 8 Km dari perkampungan, mereka sangat ramah menerima kami dngan membagikan hasil panenya berupa pisang dan buah langsat, di sini kembali saya merasakan sebuah toleransi yang sangat tinggi saling menghargai ,ruang pondok yang kecil itu memberikan suasana kekeluargaan bagi saya yang baru mampir ,rangkain infomasi saya dampatkan .nantilah saya ceritakan tentang keramahan suku -suku di pedalaman pada tulisan berikutnya
saya cuma ingin Mengkritisi dari kebijakan sang pemimpin .seandainya sawit tak seharusnya menjadi sebuah produk keseragamn,sendainya padi gunung yang di budidayakan .yang mana Allah SWT sudah merancangnya sesuai geografis Kaltim ,Bukankah padi gunung memiliki keunikan dan rasa yang luar biasa, bukankah padi gunung bisa memenuhi program pemeritah Pusat tentang Ketahanan pangan. bukankah dengan padi gunung lebih menghemat bumi untuk masa depan ,
sebuah keanehan memang ketika para pemimpin kita melihat kesuksesan sawit di malaysia lalu mengikutinya dengan alasan sifat tanahnya sama. namun menurut saya bukankah kan lebih keren kalau bangsa ini bisa menciptakan sesuatu pembeda di antara hiruk pikuknya penyeragaman Globalisasi ,
padi Gunung di Tengah rimba Berau |
sebuah kata penutup dari saya pada tulisan kali ini :
" kenapa kita tidak pernah belajar dari pelangi yang yang terdiri dari keanekaragaman warnanya namun menjadi kesatuan yang indah " dalam artian manusia /bengsanya di ciptakan dengan segala warna -warnainya agar bisa indah untuk Nyawiji ( menyatu ) pada Sang pencipta
Tenggarong 1 maret 2016
0 Komentar